Senin, 28 Januari 2013

tradisi Ngusaba Bukakak

TRADISI NGUSABA BUKAKAK
(Bersyukur pada Pertanian)
 
TRADISI Ngusaba Desa atau Bukakak merupakan kegiatan turun- temurun yang dilakukan krama subak Desa Giri Emas. Tradisi itu merupakan wujud rasa syukur warga terhadap pertanian. Penglingsir Desa Giri Emas yang juga mantan Klian Desa Jro Mangku Subrata mengatakan tradisi ini sudah berlangsung sangat lama. Biasanya dilakukan satu tahun sekali. Namun karena berbagai pertimbangan, termasuk keadaan ekonomi, tradisi ini dilakukan setiap dua tahun, bergantian dengan kegiatan pembangunan. Karena pelaksanaan tradisi ini menelan biaya cukup besar.
Ada sejumlah rangkaian kegiatan Ngusaba Desa yang dilakukan yaitu Melis, Ngusaba Uma di Pura Empelan, Panti dan Gaduh, Ngusaba Dalem dan Ngusaba Segara. Kegiatan besarnya adalah Mlayagin atau Bukakak yang diadakan selama satu hari, dipusatkan di Pura Subak.
Bukakak adalah sarana bambu dihias ambu (daun pohon enau muda) dan dihias dengan bunga pucuk (kembang sepatu). Sebagai perlengkapan upacara, warga juga menggunakan babi hitam yang lebeng asibak. Sebelum diguling, babi itu dikarantina dan disucikan. "Sesuai kepercayaan, bukakak itu harus dibuat oleh krama dadia Pasek Bedulu dan dibiayai semua krama subak," ucap Jro Mangku Subrata
Pelaksanaan acaranya, pagi hari dangsil dipasang di Pura Pasek. Selanjutnya dilakukan arak-arakan bukakak diiringi gong Tiknong dan baleganjur.
Selanjutnya sarana bukakak itu diusung ke sejumlah tempat sesuai "keinginan" Ida Batara Pura Gunung Sekar yang sangat dijunjung warga Desa Giri Emas. Sebelum berangkat, menurut kepercayaan, krama harus menyucikan diri di Pura Pancoran Emas.
Selama ini sejumlah tempat telah "didatangi" dalam arak-arakan Bukakak itu seperti misalnya Pura Bale Agung Singaraja, Pura Beten Bekul Kerobokan, Pura Lang Buana, Pura Desa Sangsit, Pura Satria Bungkulan dan lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar