TRADISI NGUSABA BUKAKAK
(Bersyukur pada Pertanian)
(Bersyukur pada Pertanian)
TRADISI
Ngusaba
Desa atau
Bukakak
merupakan kegiatan
turun-
temurun yang dilakukan
krama
subak Desa
Giri
Emas. Tradisi
itu
merupakan wujud
rasa
syukur warga
terhadap
pertanian.
Penglingsir
Desa
Giri Emas yang
juga
mantan Klian
Desa
Jro Mangku
Subrata
mengatakan tradisi
ini
sudah berlangsung
sangat lama.
Biasanya
dilakukan
satu
tahun sekali.
Namun
karena berbagai
pertimbangan,
termasuk
keadaan
ekonomi, tradisi
ini
dilakukan setiap
dua
tahun, bergantian
dengan
kegiatan pembangunan.
Karena
pelaksanaan tradisi
ini
menelan biaya
cukup
besar.
Ada
sejumlah
rangkaian
kegiatan
Ngusaba
Desa yang dilakukan
yaitu
Melis, Ngusaba
Uma di
Pura
Empelan, Panti
dan
Gaduh, Ngusaba
Dalem
dan Ngusaba
Segara.
Kegiatan besarnya
adalah
Mlayagin atau
Bukakak yang
diadakan
selama
satu hari,
dipusatkan
di Pura
Subak.
Bukakak
adalah
sarana bambu
dihias
ambu (daun
pohon
enau muda)
dan
dihias dengan
bunga
pucuk (kembang
sepatu).
Sebagai
perlengkapan upacara,
warga
juga menggunakan
babi
hitam yang lebeng
asibak.
Sebelum diguling,
babi
itu dikarantina
dan
disucikan. "Sesuai
kepercayaan,
bukakak
itu harus
dibuat
oleh krama
dadia
Pasek Bedulu
dan
dibiayai semua
krama
subak," ucap
Jro
Mangku Subrata.
Pelaksanaan
acaranya,
pagi
hari dangsil
dipasang
di Pura
Pasek.
Selanjutnya dilakukan
arak-arakan
bukakak
diiringi gong Tiknong
dan
baleganjur.
Selanjutnya
sarana
bukakak itu
diusung
ke sejumlah
tempat
sesuai "keinginan"
Ida Batara
Pura
Gunung Sekar yang
sangat
dijunjung warga
Desa
Giri Emas.
Sebelum
berangkat, menurut
kepercayaan,
krama
harus menyucikan
diri di
Pura
Pancoran Emas.
Selama
ini
sejumlah tempat
telah "didatangi"
dalam
arak-arakan Bukakak
itu
seperti misalnya
Pura Bale
Agung
Singaraja, Pura
Beten
Bekul Kerobokan,
Pura Lang
Buana,
Pura Desa
Sangsit,
Pura
Satria Bungkulan
dan
lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar