TRUNYAN
Bagi para wisatawan yang berkunjung atau berwisata ke Desa Trunyan, wajib memberikan sedekah terhadap Desa Trunyan dengan sukarela, untuk membantu masyarakat Desa Trunyan merawat, menjaga dan melestarikan kuburan yang merupakan warisan leluhur mereka.
Desa Trunyan merupakan salah satu desa yang berada di Pulau Dewata yang memiliki ciri khas dan keunikannya tersendiri. Desa Trunyan, Desa artinya perkampungan, Trunyan sendiri berarti Taru dan Menyan, Taru artinya pohon dan Menyan artinya harum, Jadi, Desa Trunyan merupakan Desa atau perkampungan yang memiliki pohon yang berbau sangat harum.Desa Trunyan merupakan sebuah desa kuno yang berada di tepi Danau Batur, Kintamani, Kabupaten Bangli. Desa Trunyan terletak di sebelah timur bibir Danau Batur, letak Desa Trunyan sangat terpencil. Jalan darat dari Penelokan, Kintamani, dan hanya sampai di Desa Kedisan. Dari Desa Kedisan ke Desa Trunyan, di Desa Kedisan dibangun dermaga yang diperuntukan untuk penyebrangan menuju Desa Trunya,. para wisatawan harus menyeberang Danau Batur selama 45 menit dengan perahu bermotor atau 2 jam dengan perahu lesung yang digerakkan dengan dayung, selama menyebrang ke Desa Trunyan, para wisatawan dapat menikmati keindahan, keasrian yang ditawarkan Danau Batur. Selain jalan air, Desa Trunyan dapat dicapai lewat darat, lewat jalan setapak melalui Desa Buahan dan Abang. Jika para wisatawan melakukan perjalanan wisata ke Desa Trunyan, jika dari Denpasar berjarak sekitar 65km atau 2 jam perjalanan dengan kendaraan.
Desa Trunyan merupakan sebuah Desa Bali Aga dengan kehidupan masyarakat yang unik. Kebudayaan masyarakat Desa Trunyan mencerminkan satu pola kebudayaan petani yang konservatif.
Desa Trunyan mempunyai ciri khas dan keunikan tradisi dalam melakukan pemakaman mayat. Keunikan tradisi pemakaman mayat di Desa Trunyan sampai saat ini masih menjadi tradisi yang dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat Desa Trunyan. Prosesi orang yang telah meninggal di Bali pada umumnya dikubur ataupun dibakar(Ngaben). Tetapi di Desa Trunyan tidak seperti itu, tubuh orang yang telah meninggal, melalui tahap prosesi dan akhirnya dibungkus dengan kain kavan(kasa), dan selanjutnya ditaruh diatas tanah di bawah Taru Menyan (pohon yang harum), kemudian disekitar mayat diberikan anyaman dari pohon bamboo atau yang disebut ancak saji. Mayat yang diletakkan diatas tanah dibawah Taru Menyan, sama sekali tidak mengeluarkan bau sedikitpun. Jadi, para wisatawan yang ingin mengunjungi Desa Trunyan tersebut, dan ingin melihat mayat yang berada di sekiataran Taru Menyan, tidak perlu takut dengan bau yang menyengat yang dikeluarkan oleh mayat, karena bau yang dikeluarkan oleh mayat tersebut sudah diserap oleh Taru Menyan yang tumbuh besar di areal pemakaman. Desa Trunyan memang merupakan Desa Tua di Bali, yang masih memegang teguh warisan dan tradisi leluhur.
Secara spesifik, terkait dengan kepercayaan masyarakat Desa Trunyan mengenai penyakit dan kematian, maka cara pemakaman orang Desa Trunyan ada 2 macam, yaitu :
1) Meletakkan jenazah diatas tanah dibawah udara terbuka yang disebut dengan istilah mepasah, yaitu mereka yang pada waktu meninggalnya, termasuk orang-orang yang telah berumah tangga, oaring-orang yang masih bujangan dananak kecil yang gigi susunya telah tanggal.
2) Dikubur atau dikebumikan. Orang-orang yang dikebumikan setelah meninggal adalah mereka yang cacat tubuhnya atau pada saat meninggal terdapat luka yang belum sembuh. Orang-orang yang meninggal dengan tidak wajar, seperti dibunuh atau bunuh diri dan anak-anak kecil yang gigi susunya belum tanggal.
0 komentar:
Posting Komentar